Harga minyak dunia berakhir sedikit berubah pada hari Senin, sementara harga minyak AS membukukan kenaikan moderat karena data manufaktur positif dari Tiongkok meningkatkan prospek permintaan energi.
Gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah yang didukung Iran menyebabkan penurunan harga pada bulan November. Penurunan harga pada hari Jumat terjadi setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya — yang dikenal sebagai OPEC+ — menunda pertemuan yang telah ditetapkan pada hari Minggu hingga hari Kamis.
Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Januari naik 10 sen, atau hampir 0,2%, menjadi $68,10 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah turun hampir 1,1% pada hari Jumat.
Minyak mentah Brent Februari, patokan global, turun satu sen dan ditutup pada $71,83 per barel di ICE Futures Europe.
Pada hari Senin, harga minyak mendapat dukungan dari aktivitas pabrik yang kuat di China, tulis Alex Hodes, direktur strategi pasar energi di StoneX, dalam buletin hari Senin. "Langkah-langkah stimulus akhirnya mulai berlaku di konsumen minyak mentah terbesar kedua di dunia, menggeser momentum dalam optimisme manufaktur," tulisnya.
Indeks manajer pembelian manufaktur Caixin naik menjadi 51,5 pada bulan November, dibandingkan dengan 50,3 pada bulan Oktober, menurut data yang dirilis oleh Caixin Media Co. dan S&P Global pada hari Senin. Hal itu menandai bulan kedua berturut-turut ekspansi dan laju pertumbuhan tercepat sejak Juni, kata Caixin. Angka di atas 50 menunjukkan pertumbuhan aktivitas, sementara angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi.
Sementara itu, OPEC+ diperkirakan akan menunda lebih lanjut rencana yang kini akan membuat beberapa anggota mulai mengurangi sekitar 2,2 juta barel per hari dari pemangkasan produksi pada bulan Januari. Keputusan untuk menunda pertemuan tersebut dipandang oleh para pedagang sebagai tanda potensial terjadinya bentrokan mengenai tingkat produksi, yang menimbulkan pertanyaan mengenai apakah peningkatan produksi akan ditunda lagi.
Sumber : MarketWatch